Posting Details

TGH Moh Saleh Hambali Salam Bapak serta Hormat Merdeka Tetap Dunia Akhirat Pesan Kemerdekaan melalui Tulisan dan Pengajaran
humas / 2024-08-17 09:01:23

Tuan Guru Muhammad Saleh Hambali, seorang ulama besar dengan pengaruh mendalam di Pulau Lombok, lahir di Desa Bengkel pada tahun 1896, dua tahun setelah Perang Lombok. Ia dilahirkan oleh pasangan Hambali dan Fatimah, dan harus menjadi yatim sejak dalam kandungan. Setelah enam bulan, ibunya wafat, dan ia diasuh oleh Amaq Rajab (Bapak Abdullah), Kepala Desa Bengkel saat itu. Semasa kecil, Tuan Guru Bengkel menuntut ilmu kepada Tuan Guru Hamid Pagutan, kemudian melanjutkan pendidikan ke Mekkah di Khalwatiyah. Kembali ke kampung halaman pada tahun 1920, beliau menyebarluaskan ilmu melalui dakwah, pendidikan, dan tulisan. Tuan Guru Bengkel berpulang pada tahun 1968.

Kehidupan Tuan Guru Bengkel melewati berbagai era sejarah penting, dari peralihan kekuasaan Bali ke Lombok, zaman penjajahan Belanda, Inggris, hingga Jepang, serta pergerakan kemerdekaan dan pemberontakan PKI. Sebagai ulama dan intelektual yang memahami makna kemerdekaan, Tuan Guru Bengkel tidak membiarkan penindasan terjadi. Berdasarkan pengakuan murid dan masyarakat Bengkel, jumlah murid beliau mencapai ribuan dari berbagai daerah. Melalui pendidikan, Tuan Guru Bengkel menyampaikan pesan kemerdekaan yang harus dicapai setiap individu sebagai bagian dari bangsa.

Pesan kemerdekaan “Merdeka tetap dunia dan akhirat” tercatat dalam beberapa kitab beliau, dalam pembukaan kitab Talimu al-Shibyan bighayatul al-Bayan yang ditulis pada 13 Januari 1933. Dalam kitab tersebut, beliau berpesan:

"Menuntut ilmu itu adalah fardhu bagi Muslimin dan Muslimat. Hai anakku yang terhormat, ilmu adalah tanda bahagia. Karena kelebihannya sangat nyata, Al-Quran dan Hadis telah berkata. Tauhid, fiqh, fardhu ‘ainnya, demikian pula ilmu tasawuf. Ketiganya ada dalam risalah ini, insya Allah akan diperoleh. Salam Bapak serta hormat, merdeka tetap dunia dan akhirat."

Selanjutnya, pada 4 Desember 1937, dalam kitab Washiatul al-Musthofa li Aliyi al-Murtadha, beliau menggelorakan pesan kemerdekaan:

"Hai saudaraku yang terhormat, barang siapa yang menghafal wasiat ini, ia akan memuji kehidupan dan mati dalam syahadat. Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat sebagai faqih alim, memperoleh syafaat. Salam sempurna beserta rahmat, merdeka tetap dunia dan akhirat."

Pada 24 Agustus 1945, tujuh hari setelah diproklamirkannya proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Ir. Sukarno dan Dr. Mohammad Hatta, Tuan Guru Muhammad Saleh Hambali menyelesaikan penulisan kitab Mawaidzu al-Shohiliyah fi al-Hadist al-Nabawiyah. Dalam mukaddimah kitab tersebut, beliau memberikan pesan kemerdekaan dengan bahasa yang indah:

"Inilah suatu pendahuluan, kepada ikhwati, dicahayakan oleh Allah agar seorang mendengar hadist cemerlang. Maka sampaikanlah kepada orang lain sebagaimana yang didengar dengan jelas. Barang siapa menyampaikan empat puluh hadist dalam agamanya, Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat dan memasukkannya ke surga melalui pintu tersebut. Pengatur ini (kitab) berkirim salam, merdeka tetap sempurna dan tamam."

Pada 9 Oktober 1951, dalam mukaddimah Intan Berlian (perhiasan) laki perempuan, beliau menulis:

"Wahai anakku laki perempuan, dengarkanlah pengajaran ini. Seperti intan berlian, menjadi perhiasan laki perempuan. Diambil dari hadist Nabi, yang diriwayatkan oleh Ali dan istrinya, Fatimah al-Zahra. Pakailah pada malam dan siang. Agar selamat dalam pernikahan, mendapat rahmat, serta nikmat. Salam Bapak dengan hormat, merdeka tetap dunia dan akhirat."

Pada 13 April 1957, dalam mukaddimah kitab Bintang Perniagaan mengenai kelebihan berusaha, beliau menulis:

"Hai saudaraku yang terkasih, bacalah bintang ini. Ibaratnya terang benderang, diambil dari gudang. Bagi yang berusaha di dunia, adalah ladang bagi akhirat. Salam kami dengan hormat, merdeka tetap dunia dan akhirat."

Doa yang tertulis dalam kitab Jamuan Tersaji pada Manasik Haji tanggal 8 Juni 1952 berbunyi:

"Karunia kami rahmat, merdeka tetap dunia dan akhirat."

Demikian pula doa dalam kitab beliau Jalan Kemenangan yang Benar, menyatakan:

"Ya Allah, lepaskan hamba dari siksa, sebab hamba banyak salah dan dosa. Ya Allah, Tuhan yang Maha Pemurah, merdeka dunia dan akhirat serta sentosa."

Dengan penuh hikmah dan kesadaran, Tuan Guru Muhammad Saleh Hambali, yang lebih dikenal sebagai Tuan Guru Bengkel, telah menorehkan jejak yang tak lekang oleh waktu dalam sejarah Pulau Lombok dan bangsa Indonesia. Melalui perjalanan hidup yang sarat dengan pengalaman sejarah dan pengabdian dalam pendidikan, beliau tidak hanya menanamkan ilmu pengetahuan, tetapi juga menyalakan obor kemerdekaan dalam jiwa setiap murid dan masyarakat. Pesan-pesan kemerdekaan yang beliau sampaikan melalui tulisan dan dakwah, baik dalam kitab-kitabnya maupun dalam nasihat sehari-hari, mencerminkan keinginan mendalam beliau agar setiap individu merasakan kemerdekaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat. Warisan spiritual dan intelektual Tuan Guru Bengkel, yang terukir dalam setiap kalam dan ajaran, tetap menjadi sumber inspirasi yang abadi, menuntun generasi demi generasi menuju kebebasan hakiki dan kebahagiaan yang abadi. Dengan penuh rasa hormat, kita mengenang dan meneruskan semangat perjuangan serta kearifan beliau, sebagai pelita dalam perjalanan kita menuju masa depan yang lebih baik. (Hafizin)

 

dikutip dari Manuskrip Kumpulan Karya TGH Muhammad Saleh Hambali oleh Prof, Dr. Adi Fadli, MA

(Hafizin)

Comments (3)
Leave A Comment
Atas